Jumat, 23 Maret 2012

Kesehatan mental


Konsep sehat beserta dimensinya 
 
Pertama-tama kita akan membahas lebih dahulu mengenai konsep sehat, Konsep sehat itu ditinjau dari sudut  pandang yang yang berbeda misalnya :
       1.Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu 
           2. Konsep sehat dipandang dari sudut ekologi
Konsep sehat secara fisik dan bersifat  individu ialah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin “
Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah “sehat berarti penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.”
Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai Negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi :
“Health is stage of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence  Of infirmity”
“Sehat ialah kondisi sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan bukan semata-mata  kondisi tanpa penyakit dan kelemahan”
Dengan kata lain manusia yang mempunyai Konsep sehat yang baik jika manusia tersebut memiliki kesejahteraan secara fisik, mental dan sosial karena fisik, mental dan sosial saling berhubungan. 
Persepsi mengenai diri individu yang sehat sangat berbeda-beda. 
sehat itu menuju pribadi yang positif, kearah yang lebih  baik untuk mencapai kesempurnaan hidup dan tercipta rasa kesejahteraan. 

Dimensi sehat
Dimensi individual (fisik, emosional, spiritual, mental, sosial dan seksual) dan dimensi kesehatan lingkungan dan masyarakat yang lebih luas (Ewles dan Simnett, 1995).
Seseorang merasa sehat dalam dimensi spiritual yakni mereka memiliki pikiran yang tenang, tidak cemas dan gelisah, mereka juga memerlukan kesehatan jiwa (kemampuan untuk berfikir secara jelas, pikiran dan perasaannya sesuai ) dan kesehatan emosional meliputi kemampuan coping yang baik untuk menghadapi stres, sehat secara sosial mereka mampu mengenali emosi dengan baik dan megekspresikan diri dengan benar sehingga mampu memperlihatkan dan melakukan perilaku yang sesuai  dan dapat diterima oleh norma-norma yang berlaku.  Sehat secara seksual yakni mampu bereproduksi sesuai umur yang normalnya, tidak melakukan hubungan seks bebas yang dapat mengakibatkan penyakit menular seksual.
Sejarah perkembangan kesehatan mental
Penyakit mental sama usianya dengan manusia. Meskipun secara mental belum maju, nene moyang homo sapiens mengalami gangguan-gangguan mental seperti halnya dengan homo sapiens sendiri. Mereka dan keturunan mereka sangat takut predator. Mereka menderita berbagai kecelakaan dan demam yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orang-orang lain dalam perkelahian-perkelahian. Sejak itu manusia dengan rasa putus asa selalu berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya, dan memulihkan kesehatan mental. Mula-mula penjelasannya sederhana, ia menghubungkan kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain atau roh-roh jahat. 
-        Zaman prasejarah
Manusia sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, arthritis, penyakit pernapasan dan usus, serta penyempitan pembuluh darah. Tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatny asama seperti halnya dengan penyakit fisik lainnya. Bagnya gigi yang sakit dan seorang yang gila (yang berbicara tidak karuan) disebabkan oleh roh-roh jahat, halilintar, atau mantra-mantra musuh. Jadi, untuk penyakit baik mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan.
-        Peradaban-peradaban awal
Dalam semua peradaban awal yang kita kenal di Mesopotamia, mesir, yahudi, india, cina dan benua afrika imam-imam dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama penderitaan-penderitaan yang lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia. 


Referensi  :
Budiarto, E., & Anggraeni , D. (2001). Pengantar  Epidemiologi.
       Buku    kedokteran EGC
Hall Calvin S dan Gardner Lindzey.1993. Psikologi Kepribadian 1. 
       Editor Dr. A. Supratiknya. Yogyakarta. Kanisius.
Riyanti, B.P Dwi., Hendro, Prabowo., Puspitawati, Ira. 1996. Psikologi Umum 1.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar